Kabupaten Jeneponto adalah salah satu daerah tingkat II di
provinsi sulawesi selatan, indonesia.ibu kabupaten ini terletak di bontosunggu.
Kabupaten ini memiliki luas wilayah 749,79 km2 dan berpenduduk
sebanyak 330.735 jiwa, kondisi tanah (topografi) pada bagian utara terdiri dari
dataran tinggi dengan ketinggian 500 s/d 1400 m, bagian tengah 100 s/d 500 m
dan pada bagian selatan 0 s/d 150 m di atas permukaan laut.
Kabupaten Jeneponto terletek
di ujung bagian barat dari wilayah Propinsi Sulawesi selatan dan merupakan
daerah pesisir pantai yang terbentang sepanjang ± 95 di bagian selatan. Secara
geografis terletek diantara 50 16’ 13” – 50 39’ 35” Lintang Selatan dan 120 40’
19” – 120 7’ 51” Bujur Timur. Kabupaten Jeneponto berbatasan dengan : Ditinjau
dari batas-batasnya maka pada sebelah Utara berbatasan dengan Gowa, sebelah
selatan berbatasan dengan Laut Flores, sebelah Barat berbatasan dengan
Kabupaten Takalar dan sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng.
Kabupaten Jeneponto memiliki wilayah seluas 74.979 ha atau 749,79 km2. Luas
Wilayah Kabupaten Jeneponto tersebut bila dilihat dari jenis penggunaan
tanahnya, maka penggunaan tanah yang terluas pertama tahun 1999 adalah
Tegalan/Kebun seluas 35.488 ha atau 47,33%, terluas kedua adalah Sawah Panen
Satu Kali seluas 12.418 ha atau 16,56%, terluas ketiga adalah Hutan Negara
seluas 9.950 ha atau 13,27%, sedangkan penggunaan tanah untuk Pekarangan seluas
1.320 ha atau 1,76% dan yang terendah adalah Ladang / Huma seluas 31 ha atau
0,04%. Topografi
Kondisi topografi tanah wilayah Kabupaten Jeneponto pada umumnya memiliki
permukaan yang sifatnya bervariasi, ini dapat dilihat bahwa pada bagian Utara
terdiri dari dataran tinggi dan bukit-bukit yang membentang dari Barat ke Timur
dengan ketinggian 500 sampai dengan 1.400 meter diatas permukaan laut. Daerah
ini cocok bila dijadikan sebagai areal pengembangan tanaman hortikultura dan
sayur-sayuran. Dibagian tengah Kabupaten Jeneponto meliputi wilayah-wilayah
dataran dengan ketinggian 100 sampai dengan 500 meter diatas permukaan laut,
dan bagian selatan meliputi wilayah-wilayah dataran rendah dengan ketinggian 0
sampai dengan 100 meter di atasa permukan laut.
Daerah ini nilai ekonominya cukup potensial untuk pengembangan tanaman
perkebunan dan pertanian tanaman pangan. Pada bagian Selatan meliputi
wilayah-wilayah dataran rendah dengan ketinggian 0 sampai dengan 150 meter di
atas permukaan laut. Daerah ini memiliki nilai ekonomi yang cukup baik bila
dijadikan sebagai arel pengembangan industri penggaraman dan daerah ini telah
tumbuh usaha penggaraman rakyat.
tanah dan geologi
Dari jenis tanah maka di Kabupaten Jeneponto terdapat 6 (enam) golongan jenis
tanah yaitu :
a. Jenis Tanah Alluvial
Jenis tanah semacam ini terdapat di Kecamatan Bangkala, dan Alluvial Coklat
Kelabu terdapat di Kecamatan Binamu dan Tamalate
b. Jenis Tanah Gromosal
Jenis tanah gromosal kelabu terdapat di Kecamatan Bangkala, dan Gromosal Kelabu
Tua terdapat di Kecamatn Binamu, Tamalate dan Batang. Gromosal Hitam terdapat
di Kecamatan Tamalate, Binamu dan Batang.
c. Jenis Tanah Mediteren
Jenis tanah mediteren coklat terdapat di kecamatan Bangkala, Batang dan Kelara.
Sedangkan Mediteren Coklat Kemerah-merahan terdapat di Kecamatan Bangkala,
Tamalate, Binamu dan Kelara.
d. Jenis Tanah Lotosal
Jenis tanah Lotosal Coklat Kekuning-kuningan terdapat di Kecamatan Bangkala,
Tamalate dan Kelara. Sedangkan Lotosal Kemerah-merahan terdapat di Kecamatan
Kelara.
e. Jenis Tanah Andosil
Jenis tanah Andosil Kelabu terdapat di Kecamatan Kelara.
f. Jenis Tanah Regional
Jenis tanah Regonal Coklat terdapat dilima kecamatan dalam wilayah Kabupaten
Jeneponto.
Dengan adanya 6 (enam) jenis tanah di Kabupaten Jeneponto, maka pola penggunaan
tanah di Kabupaten Jeneponto lebih bervariatif disbanding dengan pola dari
daerah lain. Pada umumnya penggunaan tanah di Kabupaten Jeneponto disesuaikan
pemanfaatannya, lahan yang ada terbagi untuk perkampungan, pesawahan, tegalan,
perkebunan, kebun campuran, tambak/empang serta areal hutan, alang-alang dan
lain-lain.
iklim
Musim
Dari jenis tanah maka di Kabupaten Jeneponto terdapat 6 (enam) golongan jenis
tanah yaitu:Keadaan musim di Kabupaten Jeneponto pada umumnya sama dengan
keadaan musim di daerah Kabupaten lain dalam Propinsi Sulawesi Selatan. Yang
dikenal dengan 2 (dua) musim yakni musim hujan dan musim kemarau. Musim Hujan
terjadi antara Bulan nopember sampai dengan Bulan April sedangkan musim kemarau
terjadi antara Bulan Mei sampai dengan Bulan Oktober.
Curah hujan
Curah hujan di wilayah Kabupaten Jeneponto pada umumnya tidak merata, hal ini
menimbulkan adanya wilayah daerah basah dan wilayah semi kering. Curah hujan di
Kabupaten Jeneponto yang tertinggi tahun 1999 jatuh pada Bulan Januari
sedangkan curah hujan terendah atau terkering terjadi pada Bulan Juni, Agustus,
September dan Oktober.
Iklim
Ditinjau dari klasifikasi iklim maka Kabupaten Jeneponto memiliki beberapa type
iklim, type iklim tersebut adalah :
1. Type iklim D3 dan Z4 yaitu wilayah memiliki bulan kering secara berurutan
berkisar
5 – 6 bulan sedangkan bulan basah 1 – 3 bulan.
2. Type iklim C2 yaitu wilayah memiliki bulan basah 5 – 6 bulan dan bulan
lembab 2 – 4
bulan.Type ini dijumpai pada daerah ketinggian 700 – 1.727 m diatas permukaan
laut
yakni pada wilayah kecamatan Kelara.
Industri
Bidang Usaha Industri di Kabupaten Jeneponto tampak dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut diikuti pula dengan meningkatnya
tenaga kerja, nilai investasi dan nilai produksi. Peningkatan tersebut tidak
lepas dari adanya perhatian yang serius dari Pemerintah Daerah Kabupaten
Jeneponto dengan memberikan pembinaan dan bimbingan melalui pelatihan
keterampilan bahkan memberikan paket bantuan penguatan modal kerja dengan
sistem bergulir atau repolving.
Dengan melihat perhatian pemerintah daerah yang begitu besar terhadap
pembangunan industri, maka di daerah ini telah tumbuh dan berkembang berbagai
jenis industri kecil yang menyerap banyak tenaga kerja. Perkembangan perusahaan
industri kecil dalam kurun waktu 1996-1999 meningkat rata-rata 2,52 % pertahun
yaitu dari 2.273 perusahaan tahun 1996 menjadi 2.5353 perusahaan tahun 1999.
Untuk penyerapan tenaga meningkat rata-rata sebesar 2,65% per tahun yaitu 5.539
orang tahun 1996 menjadi 5.855 orang tahun 1999. sedangkan jumlah investasi
rata-rata naik sebesar 4,00 % per tahun yaitu dari Rp. 1.917.418 tahun 1996
menjadi Rp. 2.100.061 pada tahun 1999.
Jenis usaha industri kecil yaitu Industri makanan, minuman dan tembakau yaitu
sebanyak 1.275 perusahaan atau sekitar 54,19 % dari jumlah perusahaan industri
kecil tahun 1999, industri tekstil, pakaian jadi dan kulit sebanyak 453
perusahaan atau sekitar 19,25 %, industri kayu, bambu, rotan, rumput dan
jenisnya sebanyak 441 perusahaan atau sekitar 18,74% sedangkan yang terkecil
adalah industri yang berkode 34 yaitu industri kertas dan barang dari kertas
percetakan dan penerbitas yaitu sebanyak 8 perusahaan atau 0,34%.
Industri Garam Rakyat
Kabupaten Jeneponto adalah merupakan daerah penghasil garam terbesar di Kawasan
Timur Indonesia. Luas areal saat ini adalah 565,63 Ha dengan jumlah produksi
rata-rata pertahun adalah sekitar 46.000 ton.
Dalam rangka mengsukseskan program Pemerintah dalam Upaya Pengulangan Gangguan
Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), maka Pemerintah Kabupaten Jeneponto telah
melakukan upaya seperti penegakan hukum melalui Peraturan Daerah dan Surat
Keputusan Bupati Jeneponto mengenai Larangan peredaran Garam Non Yodium.
Industri Gula Merah
Kabupaten Jeneponto yang memiliki potensi pohon lontar (siwalan) yang begitu
besar jumlahnya yang tersebar pada semua kecamatan sangat memungkinkan untuk
pengembangan sentra industri gula merah. Saat ini pengelolaan gula merah rakyat
masih dikelolah secara tradisional sehingga diperlukan adanya terknologi yang
lebih modern untuk pengolahan gula merah yang diharapkan dapat menghasilkan produk
gula merah dengan kualitas yang bersaing.
Transportasi
Pada dasarnya jaringan jalan yang ada di Kabupaten Jeneponto, dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Jalan Arteri Primer
Yaitu penghubung antara Kabupaten Jeneponto dengan daerah-daerah yang ada di
daerah Sulawesi Selatan.
b. Jalan Kolektor
Yaitu penghubung antara pusat-pusat kegiatan yang ada di dalam kota.
c. Jalan Lokal
Yaitu penghubung antara pusat-pusat kegiatan yang ada di kota dengan lokasi
pemukiman.
q Angkutan Kota dan Terminal
Angkutan kota sebagai sarana transportasi penduduk dilayani oleh armada Mini
Bis (bahasa lokal: Pete-pete), dengan route sesuai dengan jalan kolektor yang
ada.
q Panjang Jalan
Secara umum seluruh wilayah Kabupaten Jeneponto telah dapat dijangkau dengan
kendaraan baik roda dua maupun roda empat. Hal ini dimungkinkan oleh karena
selain melakukan peningkatan dan pemeliharaan jalan, pemerintah daerah
Kabupaten Jeneponto juga setiap tahunnya membuka atau merintis jalan baru,
sehingga tidak ada lagi desa yang tidak dapat terjangkau dengan kendaraan
bermotor. Adapun panjang jalan yang ada di kabupaten Jeneponto adalah :
- Jalan Kelas II = 102,82 Km.
- Jalan Kelas III.b = 610,64 Km.
- Jalan Kelas III.c = 489,36 Km.
- Kelas yang tidak dirinci = 38,38 Km.
q Angkutan Darat
Jenis kendaraan bermotor yang beroperasi di Kabupaten Jeneponto terdiri dari
Truk, Bus, Mikro Mini (Mikrolet) Pick-Up dan Tangki. Namun yang menjadi sarana
transportasi masyarakat di dalam kota adalah kendaraan umum jenis Mikro Mini
(Mikrolet). Banyaknya kendaraan yang ada saat ini tercatat sebagai berikut :
- Bus = 60 buah
- Truk = 128 buah
- Mikro Mini (Microlet) = 479 buah
- Pick-Up = 32 buah
- Bus = 60 buah
- Tangki = 9 buah
q Hubungan Letak Pasar dengan Sistem Transportasi
Tata letak pasar yang ada umumnya pada jalur jalan dengan frekuensi lalu lintas
yang sedang-sedang saja dan mudah untuk dijangkau oleh masyarakat, sehingga
aktifitas yang berlangsung pada pasar-pasar tersebut lancar karena tidak menggangu
arus lalulintas disekitarnya.
Telekomunikasi
Adalah satu sarana yang mempercepat hubungan berkomunikasi baik antara sesama
bangsa ataupun antara sesama manusia adalah tersedianya sarana telepon. Di
Kabupaten Jeneponto kapasitas sentral telepon yang tersedia tahun 1999 sebanyak
2188 buah. Dari jumlah tersebut telah terisi sebanyak 1365 buah dan yang belum
terisi atau masih kosong sebanyak 823 buah.
Kegunaan dan peran sarana telepon sebagai alat komunikasi semakin hari semakin
dirasakan oleh masyarakat Kabupaten Jeneponto sebagai salah satu kebutuhan. Hal
ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah pelanggan telepone yang pasang baru
dimana dalam kurun waktu 1995-1999 meningkat rata-rata sebesar 78,58 persen
pertahun.
Air Bersih
1. Air Bersih
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyaraakat. Oleh karena itu sumber air yang ada perlu dijaga
dan diamankan kelestariannya.
Pembangunan air bersih di Kabupaten Jeneponto dilaksanakan dengan jalan
peningkatan dan perluasan sarana dan prasarana (perluasan jaringan-jaringan
distribusi, sambungan rumah, hidran umum dan terminal air).
Pada tahun 1996 jumlah pelanggan air minum di Kabupaten Jeneponto tercatat
sebanyak 2.763 pelanggan. Jumlah tersebut tahun 1997 meningkat menjadi 3.157
pelanggan atau naik sebesar 3.157 pelanggan atau naik sebesar 14,26 %. Pada
tahun 1998 jumlah pelanggan ini meningkat lagi menjadi 3.272 pelanggan atau
3,64 % dibandingkan pada tahun 1997. Dan pada tahun 1999 jumlah pelanggan
sebanyak 3.368 pelanggan naik sekitar 2,93% dibandingkan jumlah pelanggan pada
tahun 1998.
Menurut kategori pelanggan, maka dari jumlah pelanggan pada tahun 1999 sebanyak
3.368 yang terbanyak adalah rumah tangga yaitu 3.181 pelanggan atau 94,45%.
Terbanyak kedua adalah instansi / kantor pemerintah sebanyak 82 pelanggan atau
sebesar 2,43 5, sedangkan sarana umum sebayak 61 pelanggan atau sebesar 1,81 %
merupakan pelanggan yang terbanyak ketiga dan pelanggan yang terkecil lainnya
yaitu hanya 4 pelanggan atau sekitar 0,12 % dari total pelanggan.
Energi Tenaga Listrik
Pembangunan kelistrikan di Kabupaten Jeneponto terus ditingkatkan dengan jalan
memperluas dengan menambah jaringan listrik. Program ini dimaksudkan untuk
pemerataan ketersediaan energi listrik dalam meningkatkan kecerdasan dan
kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Jeneponto.
Dalam tahun 1999 telah direncanakan penambahan dan perluasan jaringan listrik
untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di wilayah pedesaan sehingga diharapkan
pada akhirnya seluruh desa di Kabupaten Jeneponto telah mendapatkan aliran
listrik.
Hasil pembangunan kelistrikan di Kabupaten Jeneponto pada tahun 1999 telah
menghasilkan pembangunan tujuh lokasi jaringan listrik (PLN ranting, sub
ranting dan listrik desa). Dari tujuh lokasi tersebut telah dapat menjangkau
sebanyak 111 desa / kelurahan atau 100 % dari 111 desa yang ada di Kabupaten
Jeneponto.Konsumen pemakai jaringan listrik tersebut pada tahun 1999 tercatat
sebnyak 28.850 pelanggan atau naik sebesar 8,59 % dari pelanggan tahun 1998.
Komoditas & Usaha
Jika diamati dalam perspektif kawasan, maka komoditas pangan yang cukup
potensial adalah pada, jagung hibrida dan lokal, kedele, kacang hijau, kacang
tanah dan ubi kayu. Dari seluruh komoditas tanaman pangan yang dihasilkandi
kawaan Jeneponto dan sekitarnya, nampak bahwa ketujuh komoditas tersebut yang
menunjukan volume produksi yang relatif paling tinggi. Namun jika diamati dalam
perspektif daerah, maka komoditas yang cukup potensial untuk dikembangkan
adalah sektor pertanian khususnya subsektor tanaman pangan, hal ini menyebabkan
pemerintah Kabupaten Jeneponto menaruh perhatian besar terhadap pembangunan di
sektor pertanian melalui usaha intensifikasi, diversifikasi dan lain-lain yang
pada tujuan akhirnya adalah untuk mewujudkan swasembada pangan guna peningkatan
taraf hidup masyarakat.
Pertanian Tanaman Pangan
Sektor pertanian sampai saat ini masih tetap merupakan sumber utama mata
pencaharian masyarakat Kabupaten Jeneponto. Subsektor pertanian tanaman pangan
di Kabupaten Jeneponto dari tahun 1996 hingga tahun 1999 produksinya secara
umum mengalami fluktuasi, dari 7 (tujuh) jenis komoditi tanaman pangan terdapat
beberapa komoditi yang mengalami kenaikan produksi adalah padi, ubi jalar, kacang
kedele, ubi kayu, jagung dan kacang tanah, sedangkan yang menurun produksinya
adlah kacang hijau. Berikut ini akan disajikan perkembangan produksi dari
ketujuh komoditi tanaman pangan tersebut.
1. Padi
Produksi padi pada tahun 1996 sebesar 75.480,54 ton dan pada tahun 1997 menurun
menjadi 74.193,65 ton dan pada tahun 1998 menurun lagi menjadi 62.536,63 ton
atau antara 1997 ke tahun 1998 secara persentase mengalami penurunan sebesar
-15,71 persen. Dan pada tahu 1999 produksi pada mengalami kenaikan yang cukup
berarti pada tahun 1998 yaitu sebesar 22,43 persen atau sebanyak 14.024,31 ton.
Produksi pada dari tahun 1996-1999 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 2,99
persen setiap tahunnya.
2. Jagung
Produksi jagung dari tahun 1996-1999 mengalami peningkatan yang mengembirakan
hal ini dapat dilihat pada tabel 5.1.3, dimana antara tahun 1996 ke tahun 1997
produksi jagung dalam bentuk pipilan kering meningkat 28,24 persen. Kemudian
pada tahun 1999 naik lagi menjadi 26,46 persen. Produksi jagung dari tahun
1996-1999 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 20,32 persen pertahun.
3. Ubi Jalar
Pada tahun 1999 produksi ubi jalar sebesar 6.309,12 ton meningkata sebesar
678,61 persen dibanding tahun 1998. Peningkatan ini relatif besar jika dibandingkan
antara tahun 1996 ke 1997 yaitu sebesar 8,93 persen. Bila dilihat dari
rata-rata hasil perhektar maka pada tahun 1999 naik sebesar 0,93 kw/ha
dibandingkan dengan tahun 1998. antara tahun 1996 ke tahun 1999 secara
rata-rata terjadi peningkatan produksi sebesar 1777,20 persen setiap tahunnya.
4. Ubi Kayu
Ubi kayu sebagai salah satu komoditi tanaman pangan yang potensial di daerah
ini. Sejak tahun 1996 hingga tahun 1999 produksi ubu kayu mengalami fluktuasi.
Namun pada tahun 1999 rata-rata hasil produksi perhektar cukup tinggi yaitu
sebesar 217,03 kw/ha. Produksi ubi kayu ini pada tahun 1998 sebesar 138.601,47
ton dan pada tahun 1999 naik menjadi 189.016,32 ton. Secara rata-rata antara
tahun 1996 sampai tahun 1999 terjadi penurunan produksi sebesar -0,82 persen
setiap tahunnya.
5. Kacang Tanah
Dibanding tahun 1998 maka pada tahun 1999 produksi kacang tanah naik dari
280,85 ton menjadi 463,40 ton dalam bentuk produksi biji kering, secara
persentase peningkatannya sebesar 65,00 persen. Produksi kacang tanah dari
tahun 1996 sampai dengan tahun 1999 mengalami peningkatan sebesar 3,74 persen
setiap tahunnya. Untuk lebih jelasnya mengenai perkembangan kacang tanah dapat
dilihat pada tabel 5.1.6.
6. Kacang Kedele
Produksi kacang kedele pada tahun 1999 naik sebesar 7,68 persen dibandingkan
produksi kacang kedele tahun 1998. Kenaikan produksi ini karena adanya kenaikan
luas panen sebesar 7,58 persen. Pada tabel 5.1.7. Menunjukan bahwa selama 4
tahun terakhir ini produksi kedelai secara rata-rata jika dipersentasekan meningkat
7,78 persen setiap tahunnya.
7. Kacang Hijau
Perkembangan produksi kacang hijau dari tahun 1996 sampai tahun 1999 dapat
dilihat pada tabel 5.1.8. Yang mana pada tahun 1996 sebesar 1.910,81 ton dalam
bentuk biji kering meningkat produksinya pada tahun 1997 menjadi 3.233,26 ton
atau naik sebesar 86,56 persen dan tahun 1999 turun menjadi 3.232,19 ton atau
turun sebesar -46,42 persen dibandingkan produksi pada tahun 1998. Komoditi ini
sebagian besar produksinya berada di Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Batang.
Produksi kacang hijau meningkat secara rata-rata antara tahun 1996 sampai
dengan tahun 1999 sebesar 29,17 persen setiap tahunnya.
Peternakan
Pembangunan subsektor peternakan diarahkan untuk meningkatkan populasi pada
produksi ternak untuk memenuhi konsumsi masyarakat akan makanan bergizi,
disamping itu juga ditunjukan untuk meningkatkan pendapatan peternak. Populasi
ternak di kabupaten Jeneponto pada tahun 1999 dari lima jenis ternak sapi,
kerbau, kuda, kambing dan domba, hanya ternak kerbau yang menurun populasinya.
Untuk jenis ternak besar pada tahun 1999 populasi terbanyak adalah kuda
sebanyak 14.913 ekor. Sedangkan untuk ternak kecil populasi terbanyak adalah
kambing yaitu 55.418 ekor.
Populasi unggas yang terdiri dari ayam ras, ayam buras dan itik antara tahun
1998 sampai tahun 1999 menunjukan bahwa ayam ras dan ayam buras mengalami
peningkatan masing-masing 0,19 persen dan 1,15 persen. Demikian pula populasi
itik pada tahun 1999 juga mengalami peningkatan sebesar 0,24 persen dibandingkan
populasi itik pada tahun 1998
Perkebunan
Beberapa komoditi dari tanaman perkebunana cukup menunjang pendapatan petani di
daerah ini antara lain kapas, kelapa dalam , kapok, cengkeh, kemiri, kopi,
kakao, jambu mente dan kelapa hibrida. Dari sembilan jenis komoditi tanaman
perkebunan maka tanaman kelapa dalam, kapas, kapok, kopi dan jambu mente
mempunyai luas arealyang cukup besar masing-masing 4.594 ha, 2.812 ha, 1.321 ha
dan 2.795 ha. Khusus untuk tanaman cengkeh, kopi dan kakao hanya perkebunan di
Kabupaten Jeneponto secara umum mengalami peningkatan dibandingkan produksi perkebunan
tahun 1998, kecuali tanaman kapas yang produksinya mengalami penurunan sebesar
-11,47 persen dibandingkan produksi kapok pada tahun 1998.